Sabtu, 09 Januari 2016

filsafat dan agama, persamaan dan perbedaannya



Filsafat dan agama, persamaan dan perbedaannya

A.    Pengertian filsafat
1.      Filsafat dari segi bahasa
a.   Filsafat  dalam bahasa yunani adalah philosophia yang beresal dari dua kata,           philein(cinta) dan sophos(hakikat), artinya cinta kepada ilmu pengetahuan, kearifan atau hikmah.
b.   Filsafat dalam bahasa arab adalah falsafah, artinya hikmah.
c.   Filsafat dalam bahasa indonesia adalah cinta selua-luasnya dalam bahasa atau keinginan yang diusahakan untuk mencapai cita-cita atau cinta kebijaksanaan.
2.      Filsafat menurut para ahli
a.       Plato (427-348 SM) mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetehuan yang berminat mencapi kebenaran yang sejati.
b.      Harun Nasution  dalam Abas (1981) mengartikan filsafat sebagai berfikir menurut tata tertib (logika) dengan batas (tidak terkait pada tradisi, dokma, dan agama) sehingga sampai kedasar persoalan.
c.       Katsoff louwis O. Dalam soejono soemargono (2004) mengartikan bahwa filsafat adalah perenungan yang berusaha menyusun sebuah bagan konsepsional jenis tertentu.
 Sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal manusia sehat yang beerusaha keras dengan sungguh-sungguh mencari kebenaran untuk akhirnya memperoleh konsep kebenaran. Proses mencari kebenaran itu melalui beerbagai tahap, pertama, manusia berspekulasi dengan pemikirannya tentang semua ilmu pengetahuan. Tahap kedua, dari berbagai spekulasi disaring beberapa buah pemikiran yang dapat diandalkan. Tahap ketiga, buah pikiran ini menjadi titik awal dalam mencari kebenaran (penjelajahan pengetahuan yang didasarkan kebenaran).[1]
B.     Hikmah Mempelajari Filsafat Ketuhanan

Manfaat-manfaat itu antara lain dapat mengetahui bukti-bukti adanya tuhan enurut akal fikiran, mengetahui sistem dan metode masing-masing akhli fikir (filosof) yang tunjang menu jang membuktikan adanya tuhan dengan argumentasi logika. Dengan filsafat ketuhanan dapat mengetahui kelemahan dan kebathilan atheis dan materialisme yang hanya mempercayai adanya benda-benda fisika yang nyata. Dengan argumen akal itu seseorang yang mempelajari  filsafat  ketuhanan dapat terhindar dari taklid buta dan sebaliknya bersifat kritis, sehingga keimanannya kepada tuhan bukan hanya atas dogma, melainkan keimanan yang didukung oleh kekuatan rasio.
Dari keyakinan yang didukung oleh rasio itu lahirlah kemantapan akidah yang tidak mudah goyah dan digoyahkan oleh paham-paham yang berlawanan dengan kemurnian tauhid.[2]

C.     Pengertian agama
Agama berasal dari bahasa sangsekerta, a berarti “tidak” dan gama berarti “kacau”. Bahasa sangsekerta sendiri termasuk rumpun indo-jerman. Kata ga atau gam berasal dari bahasa belanda, sedangkan dalam bahasa inggris disebut ge yang artinya sama dengan gam. Kata ini identik dengan kata go yang berarti pergi. Setelah mendapat awalan dan akhiran a maka pengertiannya menjadi jalan, cara jalan, cara-cara sampai kepad keridaan tuhan. Agama dalam istilah latin disebut religie, re berarti kembali dan ligere artinya terkait atau terikat.  Sedangkan agama dalam bahsa arab disebut dengan ad-dien,persamaan katanya adalah millah yang diartikan sebagai agama. Ad-dien dalam arti umum menurut sukardi (1993) adalah paham keagamaan tertentu.
Agama menurut para ahli:
1.      Menurut Feurbach, seorang filsuf jerman yang beraliran maerialisme mendefinisikan agama dengan, “man created god after his image”. Agama hanya sebagai lamunan manusia, menurutnya hakikat yang  nyata itu berada dalam realitas, dan tuhan tidak ada. Materialisme menganggap bahwa hakikat realias adalah materi bukan roh, jelas bahwa agama tidak memiliki hakikat realitas, agama hanyalah ilusi semata.
2.      Dur khiem mengartikan religie sebagai sesuatu yang serupa dengan apa yang ada dibalik alam. Pengertian ini menembus batas dunia sebagai sesuatu yang riil, materi atau alam, yaitu roh, ide, atau sepiritual.
3.      Max muller dan spencer mengartikan religie sebagai sesuatu pengetahuan yang tidak dapat diketahui dengan semata-mata dan fikiran saja. Pengertian ini juga mengarah pada agama merupakan roh yang tidak terfikirkan oleh akal.
4.      Randall dan buchler mengemukakan bahwa ada dua bentuk agama.  pertma, agama  diidentifikasi dengan kepercayaaan terhadap supernatural. Yang kedua, agama diidentifikasi dengan kepercayaan atau keyakinan. 
Para ulama memberi batasan pada pengertian agama sebagai undang-undang kebutuhan yang mendorong orang berakal dengan  usahanya dengan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.[3]



D.    Ciri-ciri agama

1.      Adanya kepercayaan (iman) terhadap sesuatu yang gaib. Perwujudannya adalah taqwa, yaitu menjahi larangan-Nya dan mentaati perintah-Nya.
2.       Agama memiliki ciri yaitu ritual sebagai wujud kepercayaan mereka terhadap sesuatu yang gaib. Dalam islam wujud keimanan itu diawali dengan kalimat syahadat, melaksanakan shalat lima waktu, melaksanakan puasa, membayar zakat bagi yang sudah nisab, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu.
3.      Ciri agama islam adalah adanya aspe-aspek yang harus dimiliki umat islam, yaitu iman, ihsan, dan islam.
4.      Ciri agama islam adalah adanya kitab suci al-quran yang diturunkan kepada nabi muhammad sebagai nabi akhir zaman melalui perantara malaikat jibril.

E.      Fungsi agama dalam kehidupan manusia
Agama memberikan makna kepada individu tentang kehidupan dirinya, identitas diri, serta kebersamaan dalam kehidupan kemasyarakatannya.
Dalam fungsi maknawi , menurut M.I. Soelaeman (1988) sbagai berikut: ‘ bila manusia mengakui dan daalam hidupnya berpegang pada religie(agama) yang dianutnya dengan segala kesungguhan, hidup insani akan tampil secara prinsipal berlainan dengan hidup hewani. Hidupnya tidak akan terombang-ambing diawang-awang. Ia akan tahu untuk apa ia hidup, siapa yang dihadapinya, dan tujuannya.”
Dalam fungsi identitas, agama memberikan identitas diri bagi individu. Dengan menyadari  idntitasnya itu, seseorang akan bersikap dan berperilaku. Penganut suatu agama adalah suatu pernyataan diri, pernyataan identitas, pernyataan siapa dirinya, apa yang dijadikannya landasan dan tugas hidupnya, bagaimana pandangannya terhadap manusia dan terhadap dunia, apa yang dijadikanya prioritas dalam realisasian kehidupanya.
Di smping itu agama berfungsi juga sebagai pendukung adat istiadat dan memperkuat keutuhan isistem nilai sosial yang relefan dan semakna dengan nilai agama. Dengan demikian, nilai-nilai ini akn lebih lestari dan mantap.
Akhirnya, peran dan fungsi agama, dalam kehidupan manusia dapat berfariasi, bergantung pada struktur sosial, kebudayaan masyarakat, dan karateristik dari masing-masing agama sendiri. Agama dalam kehidupan manusia berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang meuat orma-norma tertentu. Secara umum, norma-norma tersbut menjadi kelangkah acuan dalam bersifat dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai, agama memiliki arti yang khursus dalam kehidupan manusia serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.[4]






F.      Hubungan filsafat dan Agama
Adapun klasifikasi filsafat menurut latar belakang agama :

a. Filsafat Islam
Filsafat Islam bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada beberapa nama Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat Islam tentu seluruhnya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih mencari Tuhan, dalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan.
Pada mulanya filsafat berkembang di pesisir samudera Mediterania bagian Timur pada abad ke-6 M yang ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menjawab persoalan seputar alam, manusia, dan Tuhan. Dari sinilah lahirlah sains-sains besar, seperti fisika, etika, matematika, dan metafisika yang menjadi batubara kebudayaan dunia.
Dari Asia Minor (Mediterania) bergerak menuju Athena yang menjadi tanah air filsafat. Ketika Iskandariah didirikan oleh Iskandar Agung pada 332 SM, filsafat mulai merambah dunia timur, dan berpuncak pada 529 M.


b.Filsafat Kristen
Filsafat Kristen mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Tak heran, filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas, Santo Bonaventura, dan
lain sebagainya.
 Selain dua agama terbesar diatas, masih ada beberapa agama lainya yang melahirkan pemahaman falsafi yang sampai sekarang masih eksis. Misalnya Budha, Taoisme, dan lain sebagainya. Buddha dalam bahasa Sansekerta berarti mereka yang sadar, atau yang mencapai pencerahan sejati (Dari perkataan Sansekerta: untuk mengetahui). Budha merupakan gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama yang dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini. Sidharta adalah guru agama dan pendiri Agama Buddha. Dalam pandangan lainnya, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar. Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma (yang bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan) dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya.
Taoisme merupakan filsafat Laozi dan Zhuangzi (570 SM - 470 SM) tetapi bukan agama. Taoisme berasalkan dari kata “Dao” yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat tetapi merupakan asas atau jalan atau cara kejadian kesemua benda hidup dan benda-benda alam semesta dunia. Dao yang wujud dalam kesemua benda hidup dan kebendaan adalah “De”. Gabungan Dao dengan De diperkenalkan sebagai Taoisme merupakan asasi alamiah. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut seperti air, dan berabadi. Keabadian manusia adalah apabila seseorang mencapai “Kesedaran Dao”. Penganut-penganut Taoisme mempraktekan Dao untuk mencapai “Kesedaran Dao” dan juga mendewakan. Taoisme juga memperkenalkan teori Yinyang. Yin dan Yang dengan saintifiknya diterjemahkan sebagai negatif dan positif. Setiap benda adalah dualisme, terdapat positif mesti adanya negatif; tidak bernegatif dan tidak berpositif jadinya kosong, tidak ada apa-apa. Bahkan magnet, magnet memiliki kutub positif dan negatif, kedua-dua sifat tidak bisa diasingkan; tanpa positif, tidak akan wujud negatif, magnet tidak akan terjadi.


 Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat dan Agama

A.    Persamaan Filsafat dan Agama
1.      Filsafat dan agama bertujuan sekurang-kurangnya berurusan dalam hal yang sama yaitu kebenaran. Sifat dari filsafat adalah mencari kebenaran secara radikal, sistematis, dan universal, sedangkan agama memberikan kebenaran secara konprehensif. Filsafat dan agama dapat memunculkan prodak berupa ilmu pengetahuan.
2.       Peran agama terhadap filsafat adalah meluruskan filsafat yang spekulatif pada kebenaran mutlak yang ada pada agama, sedangkan peran filsafat terhadap agama adalah membantu keyakinan manusia terhadap kebenaran mutlak itu dengan pemikiran kritis dan logis.

B.     Perbedaaan Filsafat dan Agama
a.       Filsafat merupakan hasil dari sumber yang sama  yaitu ra’yu (akal, budi, rasio), sedangkan agama bersumber dari wahyu.
b.      Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekultif. Adapun kebenaran agama bersifat mutlak(absolut)
c.       Filsafat dimulai dengan sikap sangsi, sedangkan agama dimulai dengan percaya/iman.
d.      Filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang. Sedangkan agama berhubungan degan hati.
e.       Filsafat walaupun bersifat tenang dalam pekerjaannya, sering mengeruhkan pikiran pemeluknya. Sedangkan Agama di samping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri, juga mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya.
f.       Seorang ahli filsafat jika berhadapan dengan penganut aliran atau paham lain, biasanya bersikap lunak. Sedangkan Agama oleh pemeluk-pemeluknya akan dipertahankan dengan habis-habisan, sebab mereka telah terikat dn mengabdikan diri.


Daftar Pustaka
Sauri, Sofyan, Herlan Firmansyah, Ahmad Syamsu Rizal. 2010. filsafat ilmu pendidikan agama.bandung:  arfino raya.
Ya’qub, hamzah, 1992. Filsafat agama.


[1] Sofyan Sauri, Herlan Firmansyah, Ahmad Syamsu Rizal, filsafat ilmu pendidikan agama, arfino raya bandung, 2010.  hal.1-2
[2]  Hamzah  Ya’qub, filsafat agama, pedoman ilmu jaya,jakarta, 1992, hal.13
[3] Sofyan Sauri, Herlan Firmansyah, Ahmad Syamsu Rizal, op. Cit., hal.115-117
[4] Sofyan Sauri, Herlan Firmansyah, Ahmad Syamsu Rizal, op. Cit., hal.129-130

Tidak ada komentar:

Posting Komentar